Menjemput Keberuntungan di Gunung Sumbing


Pendakian Gunung Sumbing via Garung bersama Backpacker Jakarta


Seorang mahasiswa UMY meninggal dunia karena terjatuh saat pendakian di Gunung Sumbing pada 21 Januari 2017. (Sumber : http://news.liputan6.com)


Catat!!! Cuaca masih buruk, tunda pendakian sampai April nanti !! (Sumber : account IG @sindoro_sumbing pada 2 Februari 2017)

  
Berbagai pemberitaan seperti itu mewarnai mingu-minggu sebelum rencana pendakianku bersama Backpacker Jakarta ke Gunung Sumbing via Garung. Dilemapun menghampiri. Semenjak pendakian ke Sindoro September lalu, Gunung Sumbing terlihat amat gagah dan aku bertekad untuk kesana tetapi di sisi lain ada semacam keraguan yang menyuruhku untuk mengubur sejenak keinginan mendaki.

Keluarga maupun teman-teman menyarankan untuk sejenak tidak melanglangbuana ke ‘ketinggian’. Kata-kata 'kalau ragu mending ga usah' tak hanya sekali berdengung. Alhasil aku menguatkan diri sendiri, “Kalau ragu mending ga usah? Berarti kalau aku keukeuh mau kesana, ya aku harus yakin 100% semua akan baik-baik saja.”

Setelah diskusi alot dengan orang-orang terdekat, tanggal 3 Februari 2017, aku berangkat dengan berserah diri. Kalaupun setelah sampai di sana cuaca buruk, tidaklah mungkin kami akan memaksakan diri. Setidaknya kita sudah mencoba menengok kesana. Begitu dalihku kepada mereka.

Ketika jam menunjukkan angka 21.30, bis rombongan Backpacker Jakarta mulai melaju dari meeting point Sekretariat BPJ di dekat halte UKI menuju Gunung Sumbing. Langsung saja aku ambil posisi untuk menabung tidur. Keesokan harinya sekitar jam 10.00 kami sampai di Pasar Reco. Setelah mengisi daya di warteg area pasar, kami berjalan menuju Basecamp selama kurang lebih 15 menit.

BASECAMP

Basecamp Gunung Sumbing via Garung

Di Basecamp kami diberikan waktu untuk mandi dan repacking. Sekitar jam 11.45 Bang Inu selaku CP (contact person - sebutan di BPJ untuk orang yang bertanggung jawab pada trip), memimpin briefing yang dilanjutkan dengan doa bersama agar perjalanan lancar dan kami semua kembali dengan selamat. Aku menatap langit. Cuaca hari ini cukup cerah. Tak henti-hentinya aku berdoa agar Allah meridhai perjalanan kami kali ini. Aamiin.

Suasana ketika berdoa bersama

Ojek motor trail sudah berbaris menunggu kami. Perjalanan menuju Pos 1 akan dilalui dengan naik ojek untuk menghemat waktu dan tenaga. Biayanya yaitu Rp 25.000/ orang dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Sedangkan kalau mau berjalan kaki membutuhkan waktu sekitar 2 jam.

Sensasi naik ojek trail

Sepanjang perjalanan dengan kondisi jalan berbatu dan menanjak, ditambah lagi sang ojek trail yang ngebut dan menyalip beberapa ojek trail lain, cukup membuatku berteriak histeris ala-ala naik wahana ekstrem di Dufan.

POS 1 – MALIM 



Sekitar jam 12.15 kami sampai di Pos 1 - Malim. Di sini terdapat bangunan beratap seng untuk istrirahat, bangunan yang menjajakan minuman dan gorengan, serta terdapat juga mushola di sebelah kanan jalur pendakian. Setelah menunggu pasukan BPJ yang lebih dari 30 orang, kami memulai pendakian di titik awal ini jam 12.30. Jalur pendakian diawali dengan area hutan pinus kemudian didominasi dengan trek yang mulai menanjak.

POS 2 – GENUS

Istirahat sejenak di Pos 2

Kami sampai di Pos 2 sekitar jam 13.30 yang dilanjutkan dengan istirahat sejenak sekitar 15 menit. Setelah lelah hilang dan cemilan sudah mengisi perut, kami melanjutkan pendakian. Tidak jauh dari Pos 2 kami dipertemukan jalur ‘engkol-engkolan’ yaitu jalur yang terus menanjak dengan kemiringan mendekati 60 derajat.

Perjalanan menuju Pos 3


POS 3 – SEDULUPAK ROTO
Jam 14.45 sampailah kami di area camp di Pos 3 yang ternyata sudah penuh. Kemudian beberapa panitia mencari tempat yang pas untuk mendirikan tenda. Hujan deras pun akhirnya turun disertai dengan angin yang cukup kencang. Kami sejenak berteduh bersama di bawah flysheet.
Setelah hujan cukup reda, kami turun untuk mendirikan tenda di bawah Pos 3. Aku kebetulan bersama Kak Soraya, Kak Maris, Jarmo, Rifkey, Bayu, dan Bang Chandra yang menyiapkan 2 tenda. Setelah seluruh tenda terpasang, badai angin yang disertai hujan kembali menemani.

Berbagi keceriaan di dalam tenda

Berhubung, perut sudah konser, kami mulai memasak. Kemudian dilanjutkan ngobrol-ngobrol cantik bersama teman-teman baru. Didominasi celotehan Bang Chandra yang nampaknya sering sliweran kesana kemari. Awalnya cerita pengalaman pendakian termasuk hal-hal mistis. Aku langsung tutup kuping dan memancing untuk ganti topik. Kemudain obrolan berlanjut ke adat dan budaya beberapa daerah.

Dari obrolan Lombok yang dikenal sebagai Pulau Seribu Masjid dan juga sekaligus sebagai tempat yang disucikan dan begitu kentalnya polisi adat di sana. Kasus hukuman pencuri di Gili Trawangan yang bikin meringis. Penduduk Sumbawa yang makan biji asem serta mengantri panjang hanya untuk memperoleh air bersih karena masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sampai obrolan salah satu suku di daerah Papua yang menerapkan 'tradisi potong jari' sebagai bentuk kesedihan atas meninggalnya sang suami. Ternyata begitu banyak daerah di Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terkadang membuatku tercengang.

Entah masih berapa banyak obrolan malam itu bersama mereka. Belum lagi banyolan yang membuat tenda kami cukup ramai dengan derai tawa. Rasa lelah pun lenyap karena mereka. Sekitar jam 22.00 aku, Kak Soraya, dan Kak Maris menuju tenda perempuan. Hujan disertai angin masih mewarnai. Menutup malam ini Bang Chandra berkata, “Semoga aja ujannya dihabisin malam ini. Jadi pas besok summit, kita dianugerahi cuaca yang cerah”. Yaa.. Semoga saja.

Jam 02.00 Bang Chandra yang katanya memang suka memasak, sudah menyiapkan kacang hijau untuk perbekalan summit attack. Aku masih bersembunyi di balik sleeping bag. Hawa dingin membuatku mager. Jangankan untuk keluar tenda, sekedar membuka matapun rasanya amat berat. Aku pun hanya teriak menanyakan apakah kondisinya memungkinkan untuk summit attack dan Bang Chandra pun mengiyakan.

Setelah ganti kostum dan persiapan lainnya, akhirnya kami mulai summit attack jam 04.30. Cukup ngaret karena menunggu peserta lain yang tadinya sudah mengurungkan niat untuk summit attack, mendadak ingin ikut meramaikan perjalanan menuju puncak.

PASAR WATU

Menuju Pasar Watu

Sepanjang perjalanan menuju Pasar Watu, angin menerpa wajah cukup kencang. Aku bergumam, “Untung badan gue gede, jadi ga mungkin kan kebawa angin” Hehehe. Kami sampai di Pasar Watu jam 05.30. Jalur pendakian mengharuskan kita untuk berhati-hati dan fokus.

WATU KOTAK



Kami sampai di Watu Kotak jam 07.30. Sepanjang perjalanan aku berhenti beberapa kali, entah hanya untuk mengambil napas atau pun ber-foto-ria. Hehehehe. Di seberang sana tampak Gunung Sindoro yang seakan memanggilku untuk kembali. 

PUNCAK

Menuju Puncak

Menggapai Puncak Gunung Sumbing

Akhirnya jam 08.45 kami sampai juga di Puncak Buntu. Aku masih belum percaya bisa memijakkan kaki di puncak gunung tertinggi ketiga pulau Jawa itu. Apalagi dengan langit yang sedang cerah-cerahnya. Syukur yang tiada tara, cuaca hari ini sangat amat mendukung. Meskipun sudah berkali-kali ditanamkan dalam diri bahwa puncak hanyalah bonus, kembali ke rumah dengan selamat itulah yang utama, tetapi tetap saja pendakian akan semakin sempurna jika mencapai titik tertinggi, tentunya dengan tidak mengabaikan keamanan diri.

Setelah puas menikmati panorama di puncak dan mengabadikan moment, jam 09.15 kami turun dari puncak dan sampai di tenda jam 11.45. Kami langsung packing dan bersiap-siap turun. Beberapa panitia yang tidak summit attack sudah menyiapkan makanan. Aaah serunya kalau makan ala-ala di gunung. Rasanya makanan terenak setelah buatan ibu di rumah yaitu makanan yang dibuat di gunung dan dinikmati dalam kebersamaan (kebayang kan, menyantap makan dari masakan calon ibu yang dibuat di gunung, pasti nikmatnya double hehe).


Menyantap makanan ala gunung

Setelah semua siap, jam 12.30 kami mulai turun. Sepanjang perjalanan cuaca masih mendukung. Dan akhirnya sekitar jam 15.00 aku sampai di Pos 1. Karena ingin segera bertemu dengan toilet aku pun langsung naik ojek trail (lagi) untuk menuju Basecamp.

Setelah mandi dan packing ulang, kami satu per satu menuju Pasar Reco dan selesailah perjalanan kali ini. Sore itu, tanggal 5 Februari 2017 jam 17.00, kami bersiap untuk kembali lagi ke Jakarta dengan rangkaian pengalaman yang tak kan terlupakan.

Aku amat bersyukur di tengah cuaca beberapa waktu belakangan yang kurang berasahabat, Allah mengijinkan kita untuk Menjemput Keberuntungan di Gunung Sumbing. Rasa penasaran akan kegagahan Gunung Sumbing pun terbayar sudah. Mungkin setelah pendakian ini, aku diharuskan libur panjang dan menahan ego untuk sementara tidak mendaki karena sebuah janji. Janji pada Bapak. Aku pun berkata dalam hati, “Biarkan waktu yang menjawab.”


Catatan :
Perjalanan Naik
Basecamp – Pos 1 :12.00 - 12.15 = 15 menit dengan ojek, sekitar 2 jam jika jalan kaki
Pos 1 – Pos 2 : 12.30 - 13.30 = 1 jam
Pos 2 – Pos 3 : 13.45 - 14.45 = 1 jam
Pos 3 – Pasar Watu : 04.30 - 06.30 = 2 jam
Pasar Watu – Watu Kotak : 06.30 - 07.30 = 1 jam
Watu Kotak – Puncak Buntu : 07.30 - 08.45 = 1 jam 15 menit

Total perjalanan Basecamp - Puncak = 6 jam 30 menit

Perjalanan Turun
Puncak Buntu – Pos 3 : 09.15 - 11.45 = 2 jam 30 menit
Pos 3 – Pos 1 : 12.30 - 15.00 = 2 jam 15 menit
Pos 1 – Basecamp : 15.15 - 15.30 = 15 menit
Total perjalanan Puncak - Basecamp = 5 jam 


*Waktu tempuh menyesuaikan situasi dan kondisi team saat itu

33 Comments

  1. Alhamdulillah ya rin :)
    Ditunggu cerita pendakian selanjutnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak alhamdulillah. Siap kak, makasih udah mampir :)

      Delete
  2. Alhamdulillah ya kharin naik turun dengan selamat walau cuacanya.... Mmm.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya alhamdulillah padahal 2 hari setelah kita turun ada awan lenticular. Jadi ngerasa bener2 beruntung pas naik kemaren.

      Delete
  3. kereen euy cewek naik motor trail :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kerenan jalan kaki mas, itu mah karna terpaksa jadi yasudahlah hehe

      Delete
  4. Alhamdulillah yaaahh.. rejeki banget di musim gini bisa summit dengan cuaca cerah. "Aku pun berkata dalam hati, “Biarkan waktu yang menjawab.” ~> ini sama banget kalo disuruh janji nggak naik gunung lagi hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iya La, di mulut bilang yakin mau libur panjang.. Padahal dalem hati takut ga bisa nepatin janji hehehe

      Delete
  5. Duduh kangen suasana kebersamaan..

    Kharin betewe, ojek d Sumbing tuh motor Trail gtu yahh? Wuihh menang banyak ituhhh donk abangnya 😂😂😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Soalnya tanjakan jadi naiknya harus begitu. Ya mau ga mau, abisnya kalo nekad jalan nanti ditinggal hehe

      Delete
    2. Iya perasaan kalo Sindoro motor biasa bukan ya? Sama2 harus ngojek juga kan klo ga mw buang waktu n tenaga di Sindoro..

      Hmm..izin pendakian udah abis sihh.. Nanti lg aja dichapter yg baru.. 😊😊

      Delete
    3. Iya kak betul. Kalo ama team sendiri mah beneran mending jalan kaki hehehe..

      Widiiiih oke kak ditunggu cerita pendakian di chapter barunya yaa.. :)

      Delete
  6. Duhhhh jadi pengin naik gunuuuuung....

    ReplyDelete
  7. Wah jadi kangen naik gunung. Seruu!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya kak serem serem seru gimana gituu hehehe

      Delete
  8. Kamu luar biasa kaa. Jangan kan berangkat dg gambaran yang seperti ini. Gunung yang masih aman saja masih ragu kudaki. Huh maafkan kecemenan ini. Hahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan cemen kak.. Mungkin kamu tangguh di bidang lain hehehe..
      Tapi sekali-kali dicoba lah rasa asem manis pendakian hehe

      Delete
  9. Khaaariiinnnn... Selalu keren ya kamu! Pengen naik gunung tapi gak mau capek. Gimana dong rin? Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha aku masih amatir Ning, masih banyak cewe yang jauh lebih keren..
      Kalo ga mau capek, dari H-7 olahraga Ning biar ndak kaget hehe terus pas naik carriernya dibawain porter, enak deh tuh haha

      Delete
  10. Keren! Dan terpujilah penggagas ojek trail hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha enak sih karena ada ojek trail jadi hemat tenaga.. Tapi kalo ojek trailnya gitu, mikir2 lagi deh hehe

      Delete
  11. Kok aku bacanya merinding yaa... Ga pernah naik gunung karena ga pernah berani... Apalagi awalnya udah ditulis berita2 ga enak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe aku juga awalnya ada perasaan takut tapi ya namanya hobby jadi berusaha yakin kalo semuanya akan baik2 aja

      Delete
  12. Replies
    1. Hehe kuat karena adanya team yang selalu menguatkan kak

      Delete
  13. Puji Tuhan trip nya lancar. Hindari bepergian travel ke laut juga, cuaca kurang bagus

    ReplyDelete
  14. waaah beruntung banget kak dapet cerah di musim penghujan gini..
    btw, bacanya bikin jadi kangen ketinggian :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener2 lagi diberkahi perjalanannya..
      Ayo kak kapan2 nanjak bareng :)

      Delete
  15. Wow.. Setrong sekali mbak bisa mencapai puncak yg tracknya kejam.. hehe

    Salam travel blogging dari menggapaiangkasa.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kejam tracknya. Alhamdulillah bisa sampe puncak juga karna cuaca yang mendukung.

      Iya salam travel blogging juga kak.

      Delete
    2. Mendaki pas tgl 3 Februari masih rawan cuaca buruk hlo sebenernya..
      Untung cuaca pas baik..

      Delete