Langkah Ceria di Gunung Pangrango



Sudah menjadi hal umum kalau sering kali ada penutupan sementara untuk aktivitas pendakian di beberapa gunung di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk pemuliahan ekosistem. Salah satunya adalah Gunung Gede Pangrango. Tetapi aku tidak menyangka akan ditutup cukup lama dari 1 Januari sampai dengan 31 Maret 2016. Mendengar hal itu, aku langsung merencanakan pendakian di bulan Desember karena aku tidak kuat kalau harus menunggu kesana sampai akhir Maret. Hehehe.


Setelah promo sana-sini mengajak teman-teman yang bisa kesana di akhir Desember 2015, terkumpulah 10 orang termasuk aku yang akan melakukan pendakian ke Gunung Pangrango, gunung tertinggi kedua di Jawa Barat. Untuk mempermudah perencanaan, kami membagi menjadi 2 team. Teamku yang dari Jakarta, aku, Fuji, Mas Tri, Yoga, dan Abi. Sedangkan team lain dari Cibinong digawangi Bang Kemal dan Bang Irham (teman saat ke gunung Gede) serta Bang Away, Asa, dan Bang Inggil. Perlu diketahui disini cuma Fuji dan mas Tri yang kukenal lama karena mereka temen sekampus. Sedangkan Bang Kemal dan Bang Irham baru kenal di Gunung Gede kemaren sisanya baru kenal semua.

Pada 23 Desember 2015, team Jakarta sampai di Kampung Rambutan sekitar jam 21.30. Kami menunggu bis jurusan Cianjur. Karena besok adalah libur panjang untuk natal dan tahun baru, jadi bis penuh semua. Setelah menunggu sampai 23.00, ternyata memang tidak ada yang sepi. Mau tak mau kami naik dan berdiri sampai pertigaan Cibodas.

Kami sampai di pertigaan Cibodas sekitar jam 01.15. Tidak jarak lama, kami bertemu Bang Kemal dkk. Setelah membeli tambahan logistic di Alfamart yang tepat berada di pertigaan Cibodas, kami pun bersepuluh nyarter angkot yang akan membawa kami ke pintu masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Sekitar jam 02.00 kami sampai di basecamp Montana dan langsung bertemu A’ Dilau. Ia menyambut kami dengan ramah dan mempersilakan kami untuk istirahat di rumah kosong sebelah basecamp Montana. Setelah mengisi perut, kami pun tidur dengan rencana akan mulai pendakian setelah shubuh.

Karena terlalu nyenyak, kami bangun jam 05.15 dan memulai pendakian jam 05.45. Kami semuapun jalan santai dengan wajah berseri, dengan target nge-camp di alun-alun Mandalawangi. Yup, tempat favorit Soe Hok Gie.

Awal pendakian dengan jiwa yang masih semangat (abaikan tampang sotoy si baju merah)


Melewati jalan yang sama lagi, membuatku tidak bosan karena aku ditemani teman-teman baru yang bisa dikatakan sebagian “otaknya sengklek”. Hahaha. Di tengah perjalanan, Bang Irham (lagi), Bang Inggil, dan Mas Tri mulai ngos-ngosan dan melambatkan speednya. Sekitar jam 11.30 kami pun beristirahat dan mulai memasak untuk mengganjal perut. (Berhubung tulisan ini ditulis beberapa bulan setelah pendakian, jadi sebagian lokasi dan waktu kelupaan. Hehehe)


Setelah ngisi perut, ada yang tidur, bengong, ngajarin make kamera, dan tentunya ada yang selfie


Sekitar 2,5 jam kami beristirat. Kami pun melanjutkan perjalanan. Karena sedikit gerimis, Bang Irham dan Mas Tripun memakai jas hujan, dan yang lain memilih tidak memakai karena belum terlalu deras. Ternyata setelah jalan beberapa menit, gerimis behenti tetapi Bang Irham tetap memakai jas hujan. Biar eksis katanya. Hahaha. Hal itu membuat para pendaki yang turun tertipu. Berkali-kali Bang Irham ditanya, "Loh di bawah abis ujan gede ya mas?” dan Bang Irham pun hanya nyengir kuda.

Para oknum yang make jas ujan walaupun gerimisnya udah reda
Semakin lama berjalan, fisik sebagian team melemah. Aku yang H-7 sudah olahraga dengan Zumba dan lari keliling GBK, masih cukup kuat untuk melanjutkan perjalanan tanpa istirahat lama. Aku, Asa, Bang Away dan Abi sampai duluan di Kandang Badak. Sesuai perjanjian awal, kita berencana ngecamp  di Mandalawangi. Tetapi, karena yang lain masih ada jauh di belakang dan takut ada miss communication, akhirnya aku mengambil keputusan. Kami akan membagi team. Team depan akan jalan duluan agar bisa membangun tenda. Team belakang berjalan sekuatnya dan dengan harapan saat sampai di atas, mereka bisa langsung istirahat di tenda. Kamipun menunggu mereka untuk menyampaikan keputusan tersebut.

Tidak terlalu lama, Fuji datang sendirian. Langsung saja aku sampaikan strategi kita. Aku, Bang Away, Asa dan Abi akan jalan duluan. Fuji menunggu di Kandang Badak sampai yang lain datang dan menyampaikan keputusan kita. Aku sebenarnya tidak tega meninggalkan Fuji sendirian. Tetapi mau tidak mau. Aku pun menggelar matras untuk Fuji duduk-duduk cantik. Saat aku bilang, “Ji, jangan lupa sampein keputusan kita. Lu diem diem di sini. Kalo ada orang, ajak ngobrol aja biar ga bête.”. Fuji pun malah nyengir “Iye. Et dah gue kayak bocah aja. Iya gue gapapa sendirian. Nanti gue sampein. Udah sana lu jalan.

Kami berempat jalan ke jalur kanan menuju Pangrango. Saat itu sekitar jam 15.00. Katanya sih, jalur ke Gunung Pangrango lebih sulit dibandingkan ke Gunung Gede, ditambah jarak ke puncak yang lebih jauh. Di pikiran kami yang penting adalah bawa tenda. Dan alhasil persediaan logistic terbawa anak yang lain, yang ada di carrier kami hanya mie instan 2 dan sebungkus kacang pilus. Amsyoong..

Ya sudah 4 perut yang meronta-ronta, hanya dijejali mie instan yang diremas ditambah kacang sukro. Tapi itu tidak membuat kami lemah, kami terus berjalan dan jam sudah menunjukkan pukul 18.00. Sepertinya tidak mungkin kalau kami memaksakan untuk terus jalan sampai Mandalawangi. Akhirnya Bang Away mengusulkan untuk mendirikan tenda walaupun belum mencapai Mandalawangi karena memikirkan teman-teman yang di belakang yang sepertinya jaraknya lumayan jauh.

Team pertama yang sampai tempat camp (Abi - Kharin - Asa - Bang Away)
Mereka pun mulai mendirikan tenda. Tidak jarak lama Bang Kemal datang dan bilang kalau yang lain lumayan jauh dan Mas Tri sakit sampai muntah-muntah. Akupun langsung merasa tidak enak. Aku seperti disudutkan menjadi orang yang egois. Padahal maksudku supaya kita bisa mendirikan tenda duluan dan yang lain bisa langsung istirahat. Selain itu lokasi pendirian tenda tidak terlalu jauh dari puncak dan kita bisa dapat sunrise. Setelah beberapa lama, akhirnya semua team kumpul. Kami pun langsung memasak dan menyeduh minuman. 

Ngopi-ngopi di gunung jauh lebih nikmat dibanding cafe manapun


Sekitar jam 10.30 kami sudah bersiap tidur. Udara disana sangat dingin sampai-sampai aku tidur pakai sleeping bag dilapisi trash bag sesuai saran Abi. Aku juga baru sadar bahwa malam ini malam jum'at. Alamaak. Fuji yang sudah tidurpun aku ganggu. "Jiiii, jangan tidur dulu. Gue takuuuut kan ini malem jum'at.". Ditambah lagi saat malam di tendaku dikagetkan seperti suara aneh. Oh God !! Kata Abi sih itu kayak suara babi hutan. Aaah bodo lah. Akupun memaksakan diri untuk tidur.

Saat pagi hari baru ketauan kalau suara babi hutan itu adalah Bang Irham yang kalau tidur gigi atas dan bawah berkerat seperti tikus. Kami pun semakin terpingkal saat Bang Inggil bilang untuk menghilangkannya harus dirukiyah.

Sekitar jam 05.00 kami summit attack. Bang Irham, Bang Inggil dan Mas Tri memilih untuk di tenda. Ternyata tidak terlalu jauh untuk mencapai puncak. Kami pun mulai memenuhi memory kamera Bang Kemal. Jekrek sana jekrek sini. Hihihi. 

View yang diambil dari Puncak Pangrango
Yoga - Bang Away - Asa - Abi - Bang Kemal - Fuji - Kharin (kiri atas ke kanan bawah) di Puncak Pangrango *abaikan Abi yang mungkin masih ngantuk hehe


Setelah asyik berfoto di puncak yang menurutku viewnya masih bagus Gunung Gede, kami pun melanjutkan ke Mandalawangi. Oh iya tidak jarak lama kami sampai, sesosok makhluk menyusul kami, dialah bang Irham. Hahaha Akhirnya dia punya semangat untuk mencapai puncak, tidak seperti saat ke gunung Gede.

Mandalawangi. Di sinilah tempat favorit Soe Hok Gie. Tempatnya sangat lapang. Andai saja kita ngecamp disini. Mata airnya pun sangat layak untuk diminum. Di Mandalawangi ini juga salah satu tempat yang dipadati bunga edelweiss. Kami pun melanjutkan berfoto-ria.

Melompatlah lebih tinggi !! (Yoga - Abi - Bang Away - Kharin - Asa - Fuji - Bang Irham)


Setelah puas berpose, kami turun menuju tenda untuk mengisi perut. Nasi, sarden, mie goreng, nugget adalah menu kita pagi ini. Urusan masak nasi aku masih angkat tangan karena takut gagal seperti di gunung Gede. Akhirnya Bang Awaylah yang turun tangan.

Satu-satunya foto Team Semprul yang full anggota (abaikan tampang sinis mbaknya yang lagi laper hahaha)


Mari makaaan !!!


Setelah makan, Mas Tri dan Bang Inggil penasaran dengan puncak, akhirnya mereka bersiap untuk kesana ditemani Asa dan yang lain menunggu di tenda sambil packing. 

Mas Tri yang akhirnya mencapai puncak Pangrango

Bang Inggil yang akhirnya mencapai puncak Pangrango
  

Sekitar jam 10.00 kami semua siap untuk turun. Di tengah perjalanan kami seringkali menunggu Bang Irham yang lagi-lagi kakinya sakit. Padahal sudah aku peringatkan berkali-kali untuk olahraga sebelum pendakian.Kami pun akhirnya turun sesuai kondisi fisik masing-masing.

Team pertama yang ngegas duluan. Bukan mau sok, cuma pengen istirahatnya dirapel *alibi
Selagi nunggu yang lain, foto aja dulu !!
Sekitar jam 17.30 kami sampai di telaga biru. Kami beristirahat sambil menunggu Bang Irham datang. Bang Kemal, Bang Away, dan Asa akhirnya menyusul Bang Irham. Setelah lama menunggu, akhirnya sekitar jam 18.30 mereka datang sambil merangkul Bang Irham. Ternyata dia tidak jalan, malah menunggu di bawah pohon untuk dijemput. Hadeeeh. Menurutku seharusnya meskipun sakit, ya harus dipaksa jalan pelan-pelan. Lagipula sakit kalau semakin dirasa ya semakin membuat kita lemah. Setelah kami berkumpul, kami menyeduh minuman. 

Para lelaki yang biasa ngudut (merokok) mulai kebingungan karena rokok mereka habis. Berhubung persediaan kopi kita masih banyak, langsung saja mereka atur strategi untuk barteran. Kebetulan ada kumpulan pendaki yang istirahat juga di Telaga Biru. Bang Away mulai beraksi “Mangga, a’ diminum kopina”, sambil menyodorkan beberapa gelas kopi. Setelah ngobrol cukup lama, bang Away kembali sambil membawa sebungkus rokok. Merekapun langsung menyambut dengan sangat amat bahagia. Dasar lelaki. Hahaha

Sekitar jam 19.30 kami sampai di basecamp Montana. A’ Dilau menunggu kami disangka terjadi sesuatu pada kami. Bukan kami, tetapi Bang Irham tepatnya. Hehehe. Tapi yang aku salut dari team kita, semuanya mencapai puncak walaupun dengan kondisi fisik yang berbeda-beda. Setidaknya lebih baik dari pada saat ke Gunung Gede.

Karena sudah malam, kami dipersilahkan untuk bermalam di ruangan kosong samping Montana. Di dekat sini sudah banyak warung. Para bujangpun langsung gak sabar buat ngudut, termasuk Bang Irham yang katanya kakinya sakit, langsung ngegas saat disuruh beli rokok. Jadiiiii, tadi dia cuma drama. OH GOD !! Kamipun cuma ngelus dada. 

Fuji yang sudah dijemput akangnya, pulang duluan. Besok pagi kami ditawari A’ Dilau untuk ke Air Terjun Ciwalen. “Aseeek foto lagiii”, kataku. Hehehe.

Sekitar jam 07.00 kami baru bangun. Kami bersiap ke Air Terjun Ciwalen. Disana viewnya cukup bagus. Ada canopy trail juga yang cucok untuk berselfie. Dan enaknya, di sini tidak seramai di Air Terjun Cibeureum. Jadi kami bisa puas untuk mengabadikan moment.

Canopy Trail menuju Air Terjun Ciwalen
Air Terjun Ciwalen

Dan akhirnyaa.. Sekitar jam 10.00 kami siap untuk pulang dan bersiap juga untuk macet-macetan di jalan karena arus balik akibat long weekend. Perjalanan kali ini sangat memuaskan. Keep Kompak buat team ini. Dan belakangan ini baru tercetuslah nama untuk team yang sengklek ini. Panggil saja kami, Team Semprul !!!

Berpose di depan gardu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (fotonya minus Fuji karena dia pulang duluan)


See you later, guys !!

SALAM RIMBA




2 Comments

  1. itu hanya ke khawatiran antara rekan yang terpisah :)
    next time lebih di prioritaskan lagi komunikasi

    maju terus tetap semangat mengunjungi alam2 idonesia
    " kalo udah sampe jangan lupa pulang " ahahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siaaaap bang laksanakan !!
      Tengkyuuu udah mampir hehe

      Delete