Merayakan Kemerdekaan di Stadion Candrabaga, Bekasi



“Kayaknya waktu yang tepat nih buat berjumpa lagi sama yang namanya Puncak!” kataku mantap.

Aku yang sudah 1,5 tahun gantung carrier ini memutuskan untuk merayakan hari kemerdekaan di puncak. Merbabu dan Cikuray menjadi pilihan. Dan akhirnya aku memilih...... Stadion Patriot Candrabaga. Karena satu dan lain hal, aku masih belum bisa mengajak kaki ini bermain di ketinggian. “Masih belum saatnya!” kataku.

Kenapa Stadion Candrabaga? Sebelumnya aku dan teman kostku mengikuti perjalanan Piala AFC U-16 2018 yang menjadikan timnas menjadi juara. Belum lagi melihat kehebohan para penonton mengingatkanku pada masa SMP. Yaa, dulu sekali aku pernah menonton Persija di stadion Lebak Bulus. Dengan antusias yang cukup besar, aku pun segera memesan tiket online pertandingan sepak bola putra Indonesia vs Laos dalam ajang Asian Games 2018 seharga 75.000 untuk 1 tiket.

Jumat, 17 Agustus 2018 jam 15.00 aku dan Tito, teman SMPku sudah sampai di depan Stadion Patriot Candrabaga setelah perjalanan 1,5 jam naik KRL Commuter Line Citayam – Manggarai – Bekasi dan jalan kaki 10 menit Stasiun Bekasi - Stadion. Langsung saja aku menuju Ticket Box dengan antrean yang masih belum panjang. Untuk mendapatkan tiket resmi, aku harus menukarkan print tiket online dan menunjukkan KTP. Sempat rempong karena dompet sengaja tidak aku bawa, akhirnya softcopy KTP di HP menyelamatkan tiketku kali ini.





Pertandingan Indonesia vs Laos masih jam 19.00. Niat untuk masuk stadion dari pertandingan Hongkong vs Palestina jam 16.00 pun gagal. Perutku mendadak sakit efek hari pertama siklus wanita disertai adegan muntah-muntah. Untung saja setelah dicarikan obat dan istirahat di taman dekat stadion, aku sehat kembali. Ssst, aku sampai bercanda dengan Tito untuk pulang saja dan jual tiket dengan harga tinggi ala calo. Hahaha bercanda kok.

Setelah sehat, aku dengan semangatnya menyusuri pinggiran stadion yang menjajakan beragam souvenir dari sticker pipi, ikat kepala, syal, topi, kaos bola, sampai terompet. Syal yang dijual beraneka ragam dari harga 35.000 – 70.000. Aku membeli syal ukuran sedang dengan harga 50.000. Kemudian ikat kepala 5.000, sticker merah putih untuk di pipi 1.000. Tito yang masih pakai kemeja biru, membeli kaos Indonesia seharga 80.000 agar tidak merusak warna lautan merah di stadion. Kaos yang dijual pun beragam dari 55.000 sampai 150.000an.



Atribut sudah dalam genggaman. Kami menuju lapangan basket dimana ada mushola dan toilet. Selepas maghrib, kami mulai masuk ke stadion lewat Pintu 9 sesuai informasi di tiket. Oh ya jangan lupa, tidak perlu membawa botol plastik, parfum, korek, atau barang-barang lainnya karena barang-barang tersebut akan disita karena ditakutkan digunakan untuk melempar atau hal yang negatif.

Pertama kali masuk stadion, aku langsung kagum. “Waaaaw, lautan manusia,” kataku. Aku segera mencari bangku kosong. Pertandingan belum dimulai tetapi supporter di Tribun Utara dan Selatan sudah pemanasan menyanyikan beragam yel-yel.



Jam 19.00 pertandingan dimulai. Para pemain memasuki lapangan. Lagu Indonesia Raya menjadi lagu yang aku tunggu-tunggu untuk dinyanyikan. Suasana begitu semangat, satu stadion dengan puluhan ribu orang bergema menyanyikan lagu kebangsaan. Begitu kompak dan semangat. Yaaa, salah satu daftar keinginanku untuk menyanyikan Indonesia Raya di hari kemerdekaan terlaksana sudah.




Aku tak henti-hentinya kagum dengan euforia pendukung timnas. Mengiringi pertandingan, para pendukung termasuk aku ikut memeriahkan dengan lantunan lagu Hari Merdeka, Bagimu Negeri, Tanah Airku, kemudian lagu khas supporter timnas seperti Garuda di Dadaku, Ayo Indonesia Bisa, Yo Ayo Ayo Indonesia dan lagu pembakar semangat lainnya.

Di babak pertama, tendangan dari Beto Goncalves berhasil menjebret gawang Laos. Beberapa kali peluang timnas mencetak gol membuat penonton segera berdiri dan teriak. Babak pertama selesai dengan skor 1-0.



Di waktu istirahat, aku dan Tito berpindah ke Tribun Selatan. “Ingin lebih heboh” alasannya. Benar saja, di tribun ini, supporter tak henti-hentinya bernyanyi, bertepuk tangan bahkan berlompat-lompat. Babak kedua Indonesia berhasil merubah angka di papan skor menjadi 3-0 hasil dari tendangan Beto Goncalves dan Ricky Fajrin. Peluit tanda berakhir pertandingan menutup hasil pertandingan kali ini. Meskipun tidak ada Garuda Clap setelah selesainya pertandingan, nyatanya tidak mengurangi rasa bahagiaku malam ini. Menonton pertandingan sepak bola ini meningkatkan moodku berkali-kali lipat. Sejenak aku merasa masih di usia belasan. Larut dalam suasana pertandingan malam ini membuatku benar-benar puas dan segala rasa campur aduk lainnya. 

Merayakan hari kemerdekaan kali ini begitu spesial bagiku. Melihat kekompakan puluhan ribu pendukung, bersatu demi satu tujuan yaitu kemenangan Indonesia. Andai saja dalam menjalani kehidupan bernegara, seluruh lapisan masyarakat bisa bahu membahu dalam persatuan untuk majunya Indonesia dari berbagai aspek. Tidak ada lagi perselisihan atas perbedaan pendapat, keyakinan, pandangan politik, dan perbedaan lainnya yang bisa memecah belah tanah air. Semoga.

Daaaaaan cerita ini ditutup oleh ibu-ibu yang ku temui di kereta saat perjalanan pulang.
“Neng, duduk sini saja."
"Makasih bu saya mau di depan aja sama temen saya bu."
"Emang pada dari mana neng?”
“Dari nonton bola bu.”
“Masya Allah, cewek-cewek kok nonton bola. Masya Allah..... (bla bla bla)"
Si ibu masih saja menceramahiku yang sudah mengangguk tanda ijin pergi meninggalkan gerbong wanita disertai lirikan para penumpang kereta. 

2 Comments

  1. Wah seru banget nih. Nonton langsung ke sana. Ternyata deket ya dari stasiun Bekasi. Thx infonya ya!

    ReplyDelete
  2. Iya kak seru banget ngerasain euforia di stasion. Beda sama nonton di TV hehe.

    ReplyDelete