Hangatnya Ibu Kota di Amazing Race 2018 Backpacker Jakarta

'We Are One' Team

Dalam memperingati hari jadi yang kelima, Backpacker Jakarta kembali menyuguhkan beragam acara menarik, salah satunya adalah Amazing Race (AMR). Apa sih Amazing Race itu? Kalau kamu suka nonton acara Running Man di Korea maka AMR ini tidak jauh berbeda yaitu games menyelesaikan beberapa tantangan. Hanya saja dengan versi Backpacker Jakarta. Perlu ditekankan kata ‘backpacker’ yaa. Kenapa? Karena kita dituntut untuk seminim mungkin mengandalkan uang.

Berkumpul di Kota Tua

Museum Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua menjadi titik kumpul acara AMR yang diikuti 61 tim dengan 1 tim beranggotakan 3 orang. Aku bersama Rifkey dan Ochan tergabung dalam group ‘We Are One’. Rules pada AMR ini yaitu 1 tim hanya diperbolehkan membawa 1 handphone dan kita harus melalui beberapa pos dengan titik akhir di La Piazza, Kelapa Gading. Istimewanya kami hanya diberikan uang saku 30 ribu. Solusinya? Hitchhike alias nebeng.

Acara dimulai jam 08.00. Kami membuka amplop yang berisi petunjuk untuk ke Pos 1. Mendapat informasi dari salah satu petugas di Kotu, kami langsung meluncur untuk hitchhike ke Museum Sasmita Loka Ahmad Yani di daerah Menteng. Aku segera menulis kata-kata yang menarik perhatian.

TOLONG! Boleh numpang? Semoga yang kasih tumpangan dapet PAHALA.




Beberapa menit berlalu, sebuah mobil berhenti untuk menjemput pahala. Driver mobil online bernama Bapak Bagus bersedia memberi tumpangan ke Museum Ahmad Yani. Persis di depannya. Tanpa bayaran sepeserpun. Tak lupa kami berterima kasih dan mendoakan Bapak Bagus agar mendapat balasan rejeki yang barokah.

Menumpang driver mobil online

Dalam setiap pos kita harus menjawab pertanyaan edukatif tentang sejarah. Bukan dengan googling tapi dengan mencari informasi di dalam museum. Berhasil menjawab satu pertanyaan, kami berhak mendapatkan bendera yang nantinya akan diperhitungkan sebagai penilaian pemenang.


Amplop berisi clue menuju Pos 2 cukup membuat kami bingung. Akhirnya kami memutuskan menuju Museum Sumpah Pemuda. Naas, kali ini kita tak jua mendapatkan tumpangan setelah berjalan sekitar 3,3 km. Dan tahukan kamu? Sesampainya di Museum Sumpah Pemuda dengan kaki yang semakin gontai dan cucuran keringat, ternyata kami salah pos. Museum Pemuda adalah tempat berkumandangnya lagu Indonesia Raya untuk pertama kali. Sedangkan konsep lagu Indonesia Raya dibuat di Museum M.H. Thamrin. Fiuuuuh.. Kami berjalan lagi sejauh 1,5 km.

Di Pos 2 kami diharuskan menunjukkan yel-yel. Untung saja sebelumnya kami sudah mempersiapkan lagu dan gerakannya. Tantangan masih sama berupa menjawab pertanyaan seputar sejarah. Selesai dari Pos 2, kami segera menuju Pos 3 yang ternyata Museum Sumpah Pemuda yang sebelumnya salah kita datangi. Di perjalanan kami bertemu dengan bapak-bapak bermobil pick up. Mendapat anggukan persetujuan untuk nebeng, aku senang bukan kepalang. Sampailah kami di Pos 3.



Menumpang Mobil Pick-Up

Di pos 3 ini kami masih dengan semangat mengeluarkan yel-yel We Are One. Tidak sampai 10 menit, tantangan berupa menjawab pertanyaan sejarah selesai. Jam menunjukkan pukul 13.00, perutku sudah berdendang sedari tadi. Kami mengisi energi dari makanan yang sudah disiapkan panitia.

Merasa sudah kembali kuat, kami turun ke jalan kembali. Tujuan terakhir yaitu La Piazza, Kelapa Gading dengan uang 30.000 untuk 3 orang. Di tengah teriknya kota Jakarta, kami tak hentinya memasang kertas dan mengacungkan jempol tanda meminta tebengan. Selang beberapa menit, bajaj biru dengan sopir seorang bapak berbatik berhenti. Alhamdulillah kami dapat tumpangan lagi. Bapak baik hati ini bernama Bapak Wasrun. Semoga saja bapak Wasrun diberikan balasan rejeki atas kebaikannya hari ini. Kami diantar sampai Pasar Senen.

Menumpang Bajaj

Berjalan menyusuri jalan area Senen di bawah teriknya matahari membuatku benar-benar lemas. Bayangkan dengan kondisi seperti itu ada penjualan es degan tapi apa daya uang saku sebisa mungkin tidak terpakai. Ngenes bro!

Alhamdulillah berjalan dengan selalu melihat ke arah datangnya kendaraan membuahkan hasil. Sebuah ambulance bertuliskan Mayapada Hospital menepikan kendaraannya. Asiiiiik, kami dapat tumpangan sampai ke La Piazza karena Mayapada Hospital memang sedang dalam perjalanan menuju ke sana sebagai salah satu sponsor acara ulang tahun BPJ. Aaaaaah senangnyaaaaaa!!! Mau tahu bagaimana rasanya kalau kita mendapat tumpangan? Rasanya itu seperti kamu mendengar adzan maghrib setelah puasa seharian tanpa sahur. Pasti senang, kan?

Menumpang Ambulance

Menjadi pemenang bukan satu-satunya alasan aku mengikuti acara Amazing Race 2018 ini. AMR telah mengajarkanku bagaimana bisa survive dalam keterbatasan. Tanpa uang sepeserpun kami bisa mencapai tujuan. Acara yang begitu mengasyikkan bukan? Tentunya untuk kalian yang menyukai tantangan dan tidak bermusuhan dengan panas matahari. Oh salah. Kali ini kota Jakarta begitu hangat. Hangat karena masih banyak orang baik di tengah ibu kota yang kejam dengan segala individualis dan materialisnya. Semoga kebaikan selalu menghampiri mereka yang dengan jiwa ikhlas mengulurkan bantuan. Terima kasih untuk hari ini 😊


2 Comments