Di tengah
tren naik gunung yang semakin meningkat beberapa tahun belakangan ini, terkadang
kurang dibekali dengan pengetahuan pendakian yang memadai (termasuk saya sendiri).
Maka dari itu, segeralah saya mendaftar acara yang diadakan Klub Buku dan
Blogger Backpacker Jakarta yang didukung oleh Rumah Sakit Firdaus dengan mengusung
judul “Membongkar Fakta dan Mitos tentang Pendakian Gunung”.
Acara ini
akan diisi oleh beberapa narasumber, yaitu dr. Ridho Adriansyah, Sp, PD (Rumah
Sakit Firdaus), Harley B. Sastha (seorang penggiat alam, penulis dan pemerhati
konservasi alam dari Federasi Mountaineering Indonesia), Tyo Survival (Eks Host Survival dan Jejak Petualang, Co Host Berburu di Trans7), dan Siti Maryam (survivor
yang sempat hilang di Gunung Rinjani selama 4 hari 3 malam) didampingi Edi M.
Yamin (founder Backpacker Jakarta).
FAKTA VS MITOS
Ular takut
garam, mitos atau fakta?
Kalian
termasuk yang mana? Apakah kalian dari kubu yang biasa menaburkan garam di
sekeliling tenda agar terhindar dari ular? Sayang sekali, itu hanyalah mitos.
Hal itu dibantah oleh mas Tyo dengan mempraktikkan secara langsung dengan
menaburkan garam. Apa yang terjadi? Ular yang dibawa mas Tyo tak gentar
melewati garam. Mitos ini berkembang dilatarbelakagi sejarah garam sebagai
media berdoa.
Ketika di
gunung teman kita bicara ngelantur berarti kesurupan, mitos atau fakta?
Nah kalau
teman kalian seperti ini, jangan disembur apalagi ditampar supaya sadar. Saat
seseorang berhalusinasi, waspadai itu adalah gejala hypothermia. Menurut
penuturan bang Harley, penanganan hypothermia dengan metode skin to skin belum ditemukan sampai saat
ini referensinya. Menurut pria yang juga aktif menulis ini membagikan beberapa
tips menghadapi hypothermia, yaitu :
1.
Kenali gejala ringan. Contoh sulit melakukan
gerakan motorik ringan seperti memasang kancing kemeja.
2.
Ganti pakaian basah dengan pakaian kering.
3.
Isi air panas di botol yang terbuat dari
aluminium, letakkan di beberapa tempat yang terasa dingin
4.
Telapak tangan, telapak kaki, telinga,
digosokkan dengan tangan kita agar hangat.
Kalau
wanita yang sedang haid nanti mudah diikuti makhluk halus. Mitos atau fakta?
Dari segi
medis yang dipaparkan oleh dr. Ridho bahwa pada saat wanita mengalami siklus haid
maka akan ada pendarahan yang membuat badan lemas karena Hb yang kurang.
Padahal kita membutuhkan Hb untuk mengikat oksigen. Maka dari itu kondisi fisik
dan psikologi akan menurun yang bisa membuat kita mudah berhalusinasi.
TIPS BERTAHAN DI ALAM BEBAS
Kalau
pendaki identik dengan orang yang kreatif, setujukah kalian?
Mas Tyo
membuktikannya dengan membagikan beberapa lembar trashbag sambil menanyakan
kegunaan trashbag tersebut. Ada yang menyebut untuk mengangkut sampah
(pastinya), untuk pelapis carrier bagian dalam, untuk cover bag, untuk alas
makan, untuk alas shalat, untuk bivak, untuk pelampung. Yap, pelampung dan mas
Tyo mempraktikkan cara membuat pelampung dengan meniup trash bag yang ditaruh
di dalam carrier.
Mas Tyo juga membagikan pengalaman kalau ternyata plastik kecil ternyata sangat bermanfaat ketika di gunung. Saat kalian mendaki dan melewati jalur binatang buas, jangan panik. Ternyata plastik itu bisa berguna untuk menakut-nakuti hewan seperti harimau atau babi hutan. Caranya? Dengan meniupkan plastik, kemudian diikat dan pukul sampai meletus dan menghasilkan bunyi seperti senapan. Alhasil binatang buas pun akan segera menghindar.
Dari segi
medis, dr. Ridho yang bertugas di RS Firdaus menjelaskan beberapa hal. Setiap
orang memiliki batasan fisik yang berbeda-beda. Dan umumnya kita akan mengalami
dehidrasi setelah 3 hari tidak minum. Ia juga menjelaskan bahwa perlunya
persiapan sebelum mendaki gunung, seperti memastikan kondisi fisik dan mental
yang sehat, membawa penghangat tubuh, membawa tenda, mematuhi aturan yang
berlaku, jangan mendaki sendiri, dan selalu berdoa.
P3K standar
juga tak kalah penting untuk dibawa. Ia menuturkan bahwa obat pribadi yang
harus dibawa yaitu paracetamol dan obat untuk penyakit khusus seperti asma.
Sedangkan obat yang bisa dibawa berkelompok yaitu obat anti mual, anti radang,
anti diare, anti radang, dan oksigen kaleng.
KISAH SURVIVOR SITI MARYAM DI GUNUNG RINJANI
Mau tahu
gimana cara survive di gunung? Kita bisa belajar dari kisah hilangnya Siti
Maryam ke Rinjani bulan Juli lalu. Ketika di luar sana, dunia maya begitu
ganasnya memberikan komentar yang tidak enak didengar, menyudutkan pihak BPJ (ah
padahal mereka juga belum tahu apa yang sebenarnya terjadi), para anggota
Backpacker Jakarta yang mencapai ribuan, bersama-sama mendoakan agar Siti
ditemukan.
Di balik
kejadian itu, ada perjuangan hebat dari Edi selaku founder Backpacker Jakarta dan
Siti Maryam, seorang wanita tangguh yang bisa bertahan seorang diri di Rinjani
selama 4 hari 3 malam. Setelah Siti menghilang, Edi berusaha sekuat tenaga
mencari Siti. Ia bersikeras bahwa Siti masih hidup ketika sebagian orang sudah
menganggap itu hal yang tidak mungkin. Di sini benar-benar terlihat sikap
seorang pemimpin yang amat bertanggung jawab. Dan saya pun bergumam dalam hati,
“Saya berada di komunitas yang tepat”.
Siti
Maryam, seorang wanita biasa (bukan Wonder Woman, bukan juga Black Widow hehe)
berjuang dengan begitu hebatnya. Saat tersesat ia hanya berbekal madu, permen,
dan sedikit air. Ia tidak mengenal putus asa. Berkali-kali gagal teriak meminta
bantuan karena tidak ada yang mendengarnya. Belum lagi bermalam di tengah hawa
dingin dan hawa mistis. Ia terus berusaha untuk kembali pulang sampai akhirnya
bertemu dengan pengembala yang kemudian mengantarnya ke Basecamp.
Mendengar
kisah itu, Siti tidak hanya kuat fisik, tetapi juga bisa memelihara mental dan
psikologinya. Dan mau tahu apa tipsnya? Menstabilkan emosi dengan berpuasa
Senin Kamis. Ah kisah mereka berdua sangat mengesankan.
Menurut
mas Tyo, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari Siti, di antaranya :
1.
Membawa kaca untuk memantulkan cahaya. Jadi
saat teriakan kita tidak terdengar, orang tahu kalau kita tersesat.
2.
Mengurangi pergerakan agar kuat bertahan.
3.
Mengetahui tanaman yang bisa dikonsumsi saat
di alam bebas.
4.
Mengetahui arah mata angin dari tanaman,
seperti adanya lumut menandakan bagian barat, atau ujung daun akan mengarah
menuju timur saat pagi hari karena adanya proses fotosintesis.
Akhir
kata, bang Harley terus mengingatkan untuk menjaga kawasan, jangan merusak apa
yang ada di alam karena alam tidak butuh kita, kita yang butuh alam untuk
kehidupan kita saat ini dan selanjutnya. Bang Harley pun memaparkan pesan yang
selalu ia pegang. “Hormati dan ikuti
aturan serta budaya yang berlaku pada setiap destinasi dan ingatlah bahwa kita
adalah tamu”
Keberhasilan
acara ini didukung atas kerjasama antara Klub Buku dan Blogger Backpacker Jakarta
dengan :
1.
Rumah Sakit Firdaus yang beralamat di Komplek
Bea Cukai, Jalan Siak J 5 No. 14, Sukapura, Cilincing, RT 1/ RW 7, Sukapura,
Cilincing, Jakarta Utara. RS Firdaus yang memiliki motto “Melayani dengan Hati”
memberikan pelayanan terbaik termasuk pelayanan terbaik BPJS. Selain itu mbak
Anisa dari pihak RS Paru menuturkan bahwa fungsi rumah sakit tidak hanya
mengobati tetapi memberikan ‘edukasi mengenai kesehatan’.
2.
Dhaulagiri
3.
Ruff Outdoor Indonesia.
6 Comments
Seru ya acara kemarin :D
ReplyDeleteIya seru, rasanya masih pengen berjam-jam dengerin pengalaman mereka
Deletekeren yaaa kk .. mudah2an ad lg nii yg kya gni acaranya
ReplyDeleteIya acaranya bermanfaat buat pendaki pemula kayak saya hehe.. nanti pasti kubbu ngadain acara yg keren lagi kok kak hehe
Deleteterima kasih sharingnya kak, bermanfaat banget
ReplyDeleteaku dapet ilmu lewat tulisannya meski kmrn ga bisa dateng hehe
Iya sama-sama kak. Makasih udah mampir :)
Delete