Bermula dari gambar yang dikirim
Pak Arief, bossku mengenai acara Kajian Sufistik, “Usaha atau Do’a” oleh Habib
Novel Bin Muhammad Alaydrus tanggal 8 Agustus 2016, akupun berangkat bersama
Fitri, dan Mas Tri ke Cafe Rumi Jakarta yang berada di daerah Melawai.
Jam 20.15 aku sampai di Cafe Rumi.
Jangan bayangkan cafe ini seperti cafe lainnya dengan kumpulan table dengan menu makanan minuman
beragam dilengkapi stage dan alunan musik pop atau jazz. Rumi Cafe lebih
seperti ruko yang digunakan sebagai majlis ta’lim. Usut punya usut ternyata menggunakan
istilah cafe agar orang tidak sungkan untuk datang. Jadi hal tersebut dijadikan
sebagai strategi dakwah.
Acara diadakan di lantai 2. Aku
dan Fitri menuju ruangan khusus untuk perempuan. Acara dimulai dengan dzikir
bersama. Sekitar jam 21.30, Habib Novel akhirnya datang. Berikut ceramah yang
disampaikan beliau mengenai Usaha atau Do’a.
Usaha atau Do’a. Banyak orang
saat ini melupakan do’a. Mungkin karena pendidikan modern yang mengedepankan kalo kamu usaha kuat, kamu akan sukses,
atau kalimat usaha sambil berdoa.
Tekanannya pada usaha. Seharusnya prosentase do’a harus lebih besar dari usaha.
Manusia sekarang mengandalkan kemampuan untuk berusaha. Kalo kemampuan itu
dicabut, baru kemudian berdo’a. Do’a
merupakan dialog antara manusia dengan Sang Pencipta. Kalau usaha, hubungan
antara manusia dengan dirinya sendiri, sehingga orang yang rajin berusaha,
banyak yang jadi sombong. Kalau orang yang rajin berdo’a maka mereka akan
semakin merendahkan diri kepada Allah.
Di Al-Qur’an, Nabi Muhammad
diperintahkan oleh Allah “Dan sabarkanlah
dirimu untuk duduk bersama orang-orang yang senantiasa berdoa, menyeru Tuhan
mereka di pagi hari dan sore hari”.
Nah sekarang, kita lebih
mengandalkan Do’a atau Usaha?
Contoh nyatanya seperti ini :
Kita mau nikah harus menyiapkan
dana 100 juta. Lalu, yang terpikirkan pertama, bagaimana cara mendapatkan uang.
Lalu yang dilakukan adalah usaha sekuat tenaga agar mendapatkan 100 juta.
Mulailah dari jual aset sampe berhutang. Dapatlah 50 juta. Masih kurang 50 juta
lagi. Lalu yang dilakukan, usaha lagi, usaha lagi, dan usaha lagi. Dapatlah 70
juta. Masih kurang 30 juta. Sudah keliling, tidak dapat juga, dan setelah mentok baru datang ke Habib. “Habib, tolong doakan saya karena saya mau
nikah kurang 30 juta. Padahal saya udah usaha. Tinggal doa Habib yang belom
saya coba.”
Nah, seharusnya yang pertama kita
lakukan adalah DO’A. Baru kita usaha. Kalau yang sering terjadi sekarang, usaha
dulu, usaha terus, usaha lagi, setelah kepepet baru berdoa.
Allah memerintahkan kita hidup di
dunia ini tidaklah susah, manusia yang sebenarnya bikin susah. Allah sudah menyiapkan perumahan Al Jannah. Peraturan
untuk nempatin perumahan tersebut. Yang paling pertama itu “Tidak boleh
sombong”. Walaupun uang banyak, ibadahnya luar biasa, tapi sombong, maka tidak
akan menempatkan Al Jannah. Syaratnya harus saling mengasihi dan menyayangi.
Dunia ini jelek, dunia ini buruk,
banyak fatamorgana, banyak keindahan palsu.
Contohnya :
Mas-mas disini punya wajah
ganteng, badan tegap, rambut hitam. Coba 50 tahun lagi? Apakah masih sama?
Bunga mawar sangatlah indah,
tetapi setelah dipetik, 3 hari lagi sudah layu.
Dunia itu buruk, makanya Allah sudah
menyiapkan tempat yaitu surga. Cuma syaratnya ketat. Semua orang berpikir kita
harus punya sarana kehidupan, makanya harus kerja, usaha, harus susah. Saya
tidak setuju dengan kata-kata “Berakit-rakit
dahulu, berenang-berenang ketepian” karena terjemahannya bersakit-sakit dahulu bersenang-senang
kemudian. Kenapa kita tidak bersenang-senang,
dan bersenang-senang. Allah tidak menempatkan di dunia untuk
bersakit-sakit. Ibaratnya, tugas kita di sini hanya duduk tenang di halte menunggu
jemputan dengan mengikuti petunjuk. Masalahnya, banyak di antara kita yang tidak
bisa tenang, risau, dan tidak mengikuti petunjuk.
Contohnya :
Saat buka puasa Ramadhan, di
Masjid dibagi-bagiin nasi kotak. Ada yang tidak dapat, risau. Saat ada pembagian kurma, kita takut tidak dapat, risau. Padahal uang di dompetnya jauh
lebih banyak dari nasi kotak dan kurma itu. “Hampir-hampir kefakiran membuat seorang kufur”. Yang dimaksud
kefakiran bukan mengenai materi. Karena kemiskinan adalah anugerah. Sebenarnya
anugerah itu ada 2. Miskin dan Kaya. Kaya itu anugerah. Miskinpun anugerah. Miskin itu bukan hina. Yang hina ialah
“orang yang takut miskin”. Karena kalau orang takut miskin maka ia akan
menghalalkan segala cara supaya tidak jadi orang miskin.
Hidup dunia itu nyaman kalau kita
tenang, mengikuti prosedur sama yang buat peraturan, yaitu Allah, dan selalu
mendekatkan diri kepada Allah.
Semua orang “pengennya” bahagia,
“pengennya” kaya, “pengennya” sukses.
Contoh :
Ada orang pengen punya bis 5.
Padahal dia gak punya uang. Gak punya aset. Pengangguran. Total harga 5 bis itu
10 M. Kalo kita punya temen gitu, pasti kita bilang, “gak mungkin”, “mimpi jangan
ketinggian, sadar dong kamu gak punya apa-apa”. Nah sikap seperti itu,
hidup melupakan Allah. Kalau kita beriman, ada temen seperti itu, harusnya
bilang, “gak 10 aja sekalian karena Allah
Maha Kaya. Yang penting kita semangat dan minta sama Allah”
Allah
berkata “Aku dekat”, tetapi kita posisikan Allah
jauh. Kemampuan, pekerjaan, kekuatan, kekayaan kita posisikan lebih dekat dari
Allah. Kalau kita mau sesuatu, mintalah, berdialoglah dengan Allah. “tapi..”.
Jangan pakai tapi. Kita harus yakin
apa yang kita minta akan dikabulkan. Layaknya anak kecil, biasanya mereka punya
keyakinan yang mantap.
Contoh :
Pada suatu minggu, ayah dan
anaknya ikut acara Car Free Day. Si anak setiap Sabtu dikasih jatah uang saku seminggu
sama ayahnya. Saat bertemu nenek-nenek yang meminta-minta, seluruh uang saku si
anak dikasih ke nenek-nenek itu.
Ayah : “Kenapa nak, kok kamu
kasih semua?”
Anak : “Kasian nenek tadi. Aku
kan punya ayah. Terus nenek itu punya siapa?”
Ayah : “Kamu kan kasih uang kamu
semua, gimana kalo besok-besok kamu gak bisa jajan”
Anak : “Kan aku punya ayah
seperti ayah. Kalo aku gak punya uang, aku tinggal minta ayah, gak mungkin ayah
ga kasih uang lagi ke aku. Apalagi ayah tau uang aku abis karena untuk berbuat
baik.”
Nah seorang anak saja bisa yakin
punya ayah yang akan memberi sesuatu. Kitapun harus yakin sama Allah Yang Maha
Kaya. Allah Yang Maha Pemberi. Mintalah kepada Allah.
Contoh :
Nampan ini kalo dipukul keras ke
kepala pasti sakit. Dan kita percaya
kalo nampan itu dipukul ke kepala pasti sakit. Saat saya ancang-ancang mau
mukul pakai nampan, pasti spontan kalian menghindar soalnya kalian udah yakin bahwa nampan yang dipukul ke
kepala sakit.
Yakin itu adalah iman yang sudah
mengakar, dan benar-benar dipercaya.
Jadi anda sudah yakin atau belum
dengan kekuatan Allan?
Coba saya tes kalau kalian sudah
yakin.
Misalnya sekarang anda ditelepon
dari kantor, suruh ganti 200 juta karena kerugian perusahaan. Kalo ga dibayarin
besok, maka anda akan dipenjara. Anda tenang atau bingung?
Kalo masih bingung berarti anda
belum yakin. Anda sudah memastikan besok gak punya uang dan gak bisa bayar.
Lalu dimana anda meletakkan Allah yang anda yakini?
Terkadang, kita saja yakin sama
teman yang kaya yang bisa membantu, lantas apakah kita tidak yakin dengan Allah
Yang Maha Kaya?
Allah Maha Dekat, Allah Maha Memberi, Allah yang membolak-balikkan hati manusia. Tugas kita cuma berdoa kepada Allah. Dan biar Allah yang atur semuanya.
“YAKIN.
JANGAN RAGU”
Contohlah keyakinan dari kisah
Nabi Musa.
Saat Nabi Musa dikejar-kejar oleh Raja Fir’aun di Laut Merah, beliau tidak seperti manusia yang usaha dulu, usaha kesana kemari, bingung, setelah kepepet baru nanya Allah. Beliau tenang, nanya dulu ke Allah. Lalu diberilah petunjuk untuk memukulkan tongkatnya ke laut, barulah Nabi Musa berusaha dan akhirnya lautnya terbelah dan Nabi Musa bisa melewati laut itu. Jadi yang terjadi usahanya kecil, hasilnya luar biasa. Gak kayak kita, usahanya besar hasilnya cuma abis seketika. Makanya, minta petunjuk sama Allah. Jangan andalkan kemampuan kita. Semua itu doa dulu. Doa dulu baru usaha. Janganlah usaha yang didewa-dewakan.
Saat Nabi Musa dikejar-kejar oleh Raja Fir’aun di Laut Merah, beliau tidak seperti manusia yang usaha dulu, usaha kesana kemari, bingung, setelah kepepet baru nanya Allah. Beliau tenang, nanya dulu ke Allah. Lalu diberilah petunjuk untuk memukulkan tongkatnya ke laut, barulah Nabi Musa berusaha dan akhirnya lautnya terbelah dan Nabi Musa bisa melewati laut itu. Jadi yang terjadi usahanya kecil, hasilnya luar biasa. Gak kayak kita, usahanya besar hasilnya cuma abis seketika. Makanya, minta petunjuk sama Allah. Jangan andalkan kemampuan kita. Semua itu doa dulu. Doa dulu baru usaha. Janganlah usaha yang didewa-dewakan.
Contoh :
Habib punya teman da’i di
Bengkulu. Kalau ia mau ceramah, ia buka baju, terus telentang, terus dikafankan,
dikeranda, disholatkan, lalu dikubur, lengkap dengan nisan, ditabur bunga dan
tahlil singkat. Kemudian ia ceramah dari dalam kubur yang sudah dimasukan 3
microfon selama sekitar 30 menit.
Tanpa adanya saluran udara yang
naik ke atas. Bagaimana bisa? Beliau menjawab, triknya adalah Mengolah Yakin.
Yang bikin hidup itu apakah
jantung? Oksigen? Atau dihidupkan oleh Allah?
Keberadaan Allahlah yang
menjadikan kita hidup. Melepaskan ketergantungan kita kepada jantung dan
oksigen.
Kalau pesan untuk kita, lepaskanlah diri kita kepada usaha. Usaha
itu bukan jaminan, tapi seyogyanya kita berusaha. Bukan karena usaha yang
menjamin keberhasilan. Mintalah sama Allah.
Seperti kisah Nabi Ibrahim, yang
ketika dibakar ia tidak merasakan panas karena ia minta pertolongan sama Allah,
yakin sama Allah. Beda antara yakin dan
coba-coba. Kalau yakin, mereka tidak
akan berhenti kalau gagal. Nah kalau coba-coba, mereka dikasih gagal sekali,
langsung berhenti, coba yang lain. Kalau berdoa itu, yakinlah doanya akan dikabulkan oleh Allah.
Contoh :
Seringkah kalian meilhat kucing
yang gagal meminta?
Kucing rumahan itu punya sopan
santun. Ia ga bakal makan makanan yang ada di meja. Kalau majikannya makan. Dia
cuma “meoooow”. Didiemin sama
majikan. Dia “meoooow” lagi dan lagi.
Akhirnya, dikasihlah sedikit. Si kucing “meooow”
lagi. Dikasih banyak malah ga dihabisin. Nah si kucing ga pernah putus asa
meminta sebelum mendapatkan keinginannya. Begitupun seharusnya kita.
Jangan batasi rejeki anda pada
pola pikir. Contohnya saat meminta, “Ya
Allah, tolong beri saya rejeki dari sini ya Allah”. Percayalah kepada Allah
yang akan memberi rejeki dari pintu manapun. Kita tidak boleh mengatur dari
pintu mana kita harus mendapatkan rejeki.
Syaratnya yakin sama Allah. Terus
minta sama Allah. Jangan pernah putus hubungan dengan Allah.
Kita bekerja. Setiap tanggal 1
kita dapat transfer gaji. Kita sudah atur buat bayar cicilan ini dan itu. Nah
kita saja bisa yakin kalau pasti ditransfer perusahaan. Apalagi dengan
transferan dari Allah. Kita harus lebih yakin.
Dalam sebuah hadist dijelaskan,
“Seandainya kalian berdo’a kepada Allah di siang hari dan malam hari, maka
Allah akan menyelamatkan kalian dan mengucurkan rejeki kepada kalian.”
Do’a itu senjatanya mukmin.
Berdo’a
dan jangan bergantung pada usaha. Usaha tetap dilakukan karena itu sebuah
kepantasan hidup di dunia, tetapi jangan menjadikan itu jaminan. Saat kita sudah terus
menerus berdoa, Allahlah yang akan membimbing kita kemana jalan usaha yang
harus dilakukan.
Begitulah kurang lebih ceramah
dari Habib Novel Bin Muhammad Alaydrus. Ternyata memang banyak di antara kita
yang mengandalkan usaha untuk mencapai kesuksesan. Padahal, do’a dulu, mintalah
sama Allah terus menerus, yakinlah Allah akan menolong kita. Kemudian barulah
Allah akan menuntun kita untuk menemukan jalan mencapai kesuksesan.
1 Comments
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete