Satu per satu kabar dari teman-teman alumni SMA Xaverius bermunculan. Ada yang diterima di UI, ITB, UGM, UNPAD. Ada juga yang melanjutkan ke Aussie, Jepang dan berbagai universitas swasta bonafit lainnya. Aku? Meskipun aku sering mendapat nasihat untuk mencoba beasiswa di universitas ini dan itu, aku sekalipun tidak pernah mau mencobanya. Aku pesimis dengan kondisi ekonomi orang tuaku. Menurutku meskipun berhasil mendapat beasiswa, pada akhirnya akan menjadi dilema karena biaya yang tidak sedikit tetap harus disiapkan. Akhirnya aku sebagai anak pertama memutuskan untuk bekerja.
Tidak
semulus seperti yang dibayangkan. Seberapapun kualitas yang dimiliki, kalau
hanya melamar dengan ijazah SMA, tidak memiliki koneksi, dan juga tidak
memiliki pengalaman bekerja, mimpi untuk menjadi “pekerja kantoran” hanyalah
angan semata. Akhirnya aku mengadu nasib di Jakarta sebagai pelayan restaurant.
Yup, di saat teman-teman seangkatanku sedang asyik-asyiknya melenggak-lenggok di perguruan tinggi
idaman, aku sedang bergelut dengan keringat.
Enam
bulan adalah waktu yang cukup untuk hanya puas dengan upah yang masih di bawah
standard. Impian itu masih ada. Impian untuk menyandang gelar sarjana. Dan kesempatan
itu pun datang. Aku mendapat informasi bahwa ada universitas dengan biaya yang
cukup murah. Universitas Pamulang.
Pada
tanggal 24 Januari 2012, tak perlu pikir panjang, aku segera mendaftar. Aku pun
memilih jurusan Akuntansi. Bukan tanpa alasan. Mengingat kondisiku yang sambil
bekerja, aku tidak akan optimal jika memilih jurusan Teknik Kimia idamanku.
Sastra Inggris? Meski tak mahir, aku cukup suka Bahasa Inggris. Tetapi menurutku
Bahasa Inggris bisa dipelajari otodidak ataupun mengikuti les-les di luar. Dan
akhirnya aku menambatkan pilihanku kepada Akuntansi.
Tanggal
5 Februari 2012, aku mengikuti tes dan dinyatakan lulus tes pada 8 Februari
2012. Segera aku ijin ke bossku untuk dispensasi waktu kerja. Kalau normalnya
tidak ada karyawan yang masuk siang, aku minta ijin masuk jam 14.30 dan pulang
sampai restaurant tutup. Dan Alhamdulillah disetujui.
Tanggal
20 Februari 2012 dengan rasa syukur akhirnya aku memulai perkuliahan perdana di
Universitas Pamulang. Jarak yang cukup jauh dari kostku di daerah Blok M ke
UNPAM daerah Tangerang Selatan. Aku bertekad sekuat tenaga untuk menyelesaikan
pendidikan S1 tepat pada waktunya. Akan kubuktikan bahwa kalau aku mau, aku
pasti bisa.
Menjalankan
ternyata tidak semudah saat kita mengucapkan. Memang berat. Sekitar jam 05.00
aku bangun siap-siap untuk berangkat kuliah. Masuk kuliah memang jam 08.00 tapi
mengingat jarak Blok M – Pamulang yang cukup jauh, belum lagi angkutan umum
yang ngetime lama, membuat aku harus
berangkat dari kost maksimal jam 06.30 kalau tidak mau telat. Rata-rata
perkuliahan selesai jam 12.00 dan aku harus mengejar waktu agar sudah bisa stanby di restaurant jam 14.30. Ada
dosen yang semangat mengajar sampai-sampai bisa lebih dari jam 12.00, belum
nunggu angkotnya, belum bertarung dengan macetnya Jalan Famawati. Terkadang aku
harus berlari-lari mengejar waktu karena kalau sampai telat uang makan pun
dipotong. Sampai sempat suatu hari, hujan turun cukup deras dan aku tidak
membawa payung. Mau tak mau aku harus hujan-hujanan demi sampai tepat waktu.
Sesampainya di kerjaan, aku harus berlaku profesional. Semua pekerjaan aku
lakukan dari menyapu, mengepel, menyiapkan table, menyervis tamu restaurant,
bolak-balik ambil orderan ke lantai 1 dan lantai 3, membantu kasir, terkadang
mencuci piring. Saat tidak ada kerjaan apa aku bisa sekedar duduk-duduk manis?
Tidak. Aku harus berdiri menunggu para tamu dan dengan sigap membantu jika
mereka membutuhkan bantuan. Jam 17.00 sampai jam 18.00 aku diberi kesempatan
untuk istirahat. Waktu yang cukup untuk merebahkan badan. Jam 18.00 aku memulai
standby lagi sampai restaurant tutup,
kadang sampai jam 22.00, kadang pula sampai jam 23.00. Selesai dari kerja, aku
masih harus berjalan ke kost sekitar 15 menit. Sampai di kost, kadang aku harus
mencuci pakaian dan beberes. Kira-kira
jam 00.30 aku sudah bisa benar-benar mengistirahatkan badanku dan bangun pagi
lagi jam 05.00 untuk menimba ilmu. Aktivitas itu berjalan sampai aku semester
3. Yup, 1,5 tahun.
Untuk
biaya, tak usah ditanya. Aku harus benar-benar mengklasifikasikan antara
“kebutuhan” dan “keinginan”. Gaji pokok untuk membayar kost, biaya kuliah serta
biaya bulanan lain. Dan uang makan yang diberikan harian untuk urusan “perut”
dan ongkos PP ke kampus. Prinsipku saat ini adalah “Kerja untuk Kuliah”. Tapi
kurasa aku tidak bisa terus seperti ini. Aku mempunyai target untuk mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik, tanpa mengorbankan kuliah. Akhirnya aku putuskan resign
dan keluar dari zona nyaman. Aku hanya yakin kalau Allah akan selalu
menolongku. Alhamdulillah, Allah menjawab do’aku. Aku diterima di PT.
Kompresindo Utamajaya dan kebetulan masih ada waktu untuk mengurus pergantian
kelas perkuliahan dari regular ke eksekutif.
Di
Kompresindo, memang aku hanya administrator. Tetapi itu sangat aku syukuri
kalau mengingat pekerjaanku sebelumnya. Disini aku banyak belajar dan mendapat
dukungan. Saat ada waktu kosong, aku gunakan untuk mengerjakan tugas kuliah
karena aku tidak punya laptop. Setidaknya tidak seperti saat bekerja di
restaurant dulu yang harus ke warnet untuk menyelesaikan tugas. Dulu juga
sempat aku mengajukan kredit laptop tetapi tidak memenuhi persyaratan karena
aku masih di bawah umur yang telah ditentukan.
Akhirnya
sampailah aku di semester akhir. SKRIPSI. Itulah momok yang dirasa cukup menakutkan
bagi mahasiswa akhir. Kalau aku ingin cepat selesai, aku harus punya laptop.
Dan Alhamdulillah lagi, bossku Pak Arief membeli laptop baru dan laptop
sebelumnya diberikan untukku. Saat aku bertanya berapa nominal yang yang harus
aku gantikan, beliau hanya menjawab, bayarlah dengan hasil prestasi kamu.
Akupun tak henti-hentinya mengucapkan syukur. Limpahan anugerah tidak berhenti
disitu, teman dekatku di kantor, Wiwis meminjamkan printer untuk keperluan
skripsiku. Belum lagi para sales, Pak Eri, Mbak Tia, dan Pak Uyo yang berkontribusi
pada penyelesaian administrasi kuliahku. Dengan itu semua, aku semakin mantap
untuk segera menyelesaikan skripsiku.
Aku
berkesempatan mendapat dosen pembimbing Bapak Endang. Menurutku, Bapak Endang
patut menjadi panutan. Bagiamana tidak. Beliau salah satu dosen pengajar yang
di awal aku ceritakan dosen yang suka mengajar lebih dari jam 12.00 Hehehe.
Selain itu beliau juga menjadi dosen pembimbing untuk mungkin puluhan
mahasiswa. Beliau juga menjabat sebagai Kaprodi yang juga sedang menyelesaikan
studi S3. Bisa dibayangkan sibuknya. Tetapi menurutku, beliau cukup professional
dalam menjalankan seluruh tanggung jawabnya.
Dalam
penyelesaian skripsi, hambatan tentunya pasti ada. Menunggu berjam-jam sampai
beberapa kali menunggu dari pagi sampai malam adalah hal biasa. Revisi mungkin
menjadi makanan rutin. Begadang berkali-kali pun dilakonkan meskipun tidak
dianjurkan Bang Rhoma Irama Hehehe. Semua itu aku lakukan karena kembali lagi
ke impian yang telah aku canangkan, aku harus selesai tepat waktu. Dan aku
sudah menargetkan untuk bisa mengikuti wisuda di tanggal 28 Maret 2016 dan
berniat membawa toga ke puncak Ciremai.
Tanggal
4 Maret 2016, setelah melalui proses panjang akhirnya aku bisa sidang hari ini. Moment dimana skripsi dan kuliah kita
selama 4 tahun harus dipertanggungjawabkan. Aku sudah berusaha seoptimal
mungkin, dan tinggal berpasrah kepada Allah untuk hasilnya. Saat pengumuman dan
namaku disebut oleh Pak Endang, jantungku semakin berpacu. “Kharina Windi…
mohon maaf, anda dinyatakan… LULUS”. Seketika air mata mengalir begitu saja.
Mengingat perjuangan, pengorbanan, dan ribuan keringat yang telah
mengantarkanku sampai ke tahap ini.
TO BE CONTINUED..
3 Comments
tetap semangat ya mbak....salam hormat buat bapak....(Nanang)
ReplyDeleteIya pak pasti selalu semangat. Hehe.. Baik pak salam akan saya sampaikan ke bapak.. Terima kasih pak..
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete